Halo sobat XJO dimanapun kalian berada, kapanpun kalian membaca blog ini, semoga selalu diberikan kesehatan. Aamiin.
Salam Lestari.
Berawal dari obrolan dan cerita dari salah satu teman satu grup, sobat XJO tentunya, akhirnya pendakian gunung Argopuro 2 hari 1 malam ini tidak menjadi wacana belaka. Fyi, gunung Argopuro sebenarnya belum masuk dalam wishlist pendakian di tahun 2022 ini. Dan di pendakian kali ini gue ikut OT (open trip) IM (singkatan / dirahasiakan). Btw, gue ikut OT ini sendiri, belum ada yang kenal dengan peserta lain ya.
Okay, segitu saja intronya. Set, tibalah hari H. Yang sebelumnya direncanakan beberapa minggu saja. Jum'at, 29 Juli 2022 kereta Airlangga kelas ekonomi (cek harga : 104.000) mengantarkanku dari stasiun Pasar Senen menuju stasiun Pasar Turi Surabaya dari jam 11.10 WIB dan tiba jam 22.50 WIB. Karena kebanyakan peserta tiba di stasiun Gubeng, akhirnya mepo (meeting point aka titik kumpul) ditentukan disana. So, gue melanjutkan perjalanan ke stasiun Gubeng dengan menggunakan gojek (estimasi 14.000 / sesuai aplikasi). Tibalah di mepo sekitar jam 23.20 WIB. Dan tak lama kita (seluruh peserta dan OT) berangkat menggunakan satu elf.
Ditengah perjalanan tiba-tiba harus ganti elf karena AC nya mati. Dan sempat terkena macet. Karena mengejar waktu, alhasil agak ngebut agar tidak kesiangan sampai BC (Basecamp). Sampailah di BC sekitar jam setengah 6 pagi. Tak lama, setelah persiapan usai (packing & sarapan) kita berangkat dari BC menuju ke batas kawasan (diatas pos mata air 1) dengan menggunakan jasa ojek. Untuk biaya ojek sekitar 200.000, tergantung negosiasi. Hal ini sangat bermanfaat untuk mempersingkat waktu yekan. Apalagi di pendakian kali ini cuma 2 hari 1 malam. Kira - kira setengah jam, dan jika harus jalan kaki ini membutuhkan waktu sehari (untuk pendakian normal).
Start pendakian sesungguhnya dimulai jam 7 pagi. Dari basecamp kita ngojek dengan motor sampai pos mata air satu. Ya, cukup jauh dan memangkas waktu 1 hari jika pendakian normal. Dengan trek yang awalnya aspal semakin masuk ke hutan berubah menjadi tanah berdebu dan semak yang semakin tinggi. Namun masih bisa dilalui motor. Membutuhkan waktu kurang lebih 30-40 menit hingga akhirnya sampai di atas pos mata air satu.
Setelah semua peserta sampai, kita mulai trekking sekitar jam 7.17 WIB. Di awal perjalanan masih terdapat pohon yang lumayan lebat. Treknya pun tidak terlalu menanjak. Hingga sampai pos mata air dua jam 8.12 WIB. Setelah istirahat beberapa saat, kita melanjutkan perjalanan. Treknya mulai menanjak dengan vegetasi pohon semakin rapat. Ditengah perjalanan sesekali terdapat spot terbuka sehingga pemandangan dari atas terlihat jelas. Untung mataharinya terik. Setelah berjalan sekitar satu jam, sampailah di sabana kecil.
Di sabana kecil ini mulai terdapat tumbuhan verbena, yang tak lain merupakan parasit tumbuhan di sekitarnya. Rumput di sabana kecil cukup tinggi dengan warna daun kecoklatan hampir kering. Oiya, disini terdapat spot foto pohon. Setelah istirahat, kita melanjutkan perjalanan menuju sabana besar jam 10.00 WIB. Dari sini treknya sudah mulai agak landai. Dan tibalah di sabana besar jam 11.00 WIB. Setelah semua selesai berfoto dan mengambil dokumentasi, kita melanjutkan perjalanan menuju cikasur.
Dari sabana besar menuju cikasur treknya semakin menanjak namun masih ada bonus. Dari sini pula edelweiss mulai nampak. Ets, edelweiss di gunung Argopuro ini menurutku edelweiss terindah selama pendakianku. Yaps, mungkin karena pohonnya tinggi-tinggi. Kita sampai sungai qolbu jam 12.14 WIB. Yaa, sungai yang terkenal karena selada airnya ini sangat jernih dan segar. Eh, gue sih ga minum, cuma nyeburin kaki ke air aja. Setelah menyeberangi sungai qolbu sampailah di cikasur.
Sungguh takjub, pemandangan yang disuguhkan di cikasur ini sangat memanjakan mata. Hamparan rumput yang sangat luas. Bisa rebahan deh. Dari kejauhan terdengar suara burung merak. Namun sayang, kurang beruntung tidak bisa melihatnya. Di cikasur ini kita istirahat dan makan siang. Di Cikasur ini kita istirahat hampir 2 jam. Sayang juga sih, tapi mau gimana lagi. Nungguin masak dan makan siang. Haha.
Perjalanan menuju cisentor dilanjutkan mulai jam 14.15 WIB. Treknya masih berupa tanah dan beberapa melewati sabana. Hingga akhirnya memasuki hutan yang cukup lebat. Disini treknya menurun. Sampai ketemu aliran sungai.
Oiya, disini gue mau cerita. Ketika tadi melewati cikasur, posisi gue dibelakang bersama 2 peserta lain (sebut saja kak L dan mas S), dan yang paling belakang adalah sweeper (guide). Tak jauh dari cikasur kita sempat beristirahat di sebuah pohon tumbang ditengah jalur. Saat itu gue duduk sebentar dan melanjutkan perjalanan. Ketika gue mulai berjalan, dibelakangku si sweeper baru duduk di pohon tersebut. Saat itu kita bertiga mulai menjauh dari si sweeper. Bahkan sudah tidak terlihat lagi. Ya, memang via baderan ini jalurnya seperti keluar - masuk hutan lalu sabana. Seperti itu beberapa kali.
Hingga akhirnya kita bertiga memutuskan untuk berhenti karena mungkin lelah sembari menunggu sweeper. Kira - kira kita duduk sekitar 10-15 menit namun si sweeper masih belum kelihatan. Sih kita nggak terlalu memikirkan apa-apa ya. Karena memang sudah beberapa kali dia ke Argopuro. Tibalah memasuki hutan yang lumayan cukup lebat. Posisi di paling depan ada kak L, dia berjalan agak jauh dari gue dan mas S. Namun masih bisa terpantau. Mas L ini jika treknya turunan agak lambat. Baru dibelakang ada gue. Ya, biasalah, gue selalu memilih jalan di belakang karena biar lebih enjoy aja ketika ngevlog nantinya. Tak disadari jarak antara gue dan si sweeper sudah terlalu jauh. Kita juga sering kali menoleh kebelakang namun tak terlihat juga. Hingga tak lama kita memasuki hutan itu, sayup sayup terdengar suara orang berteriak. Sontak kita bergantian menyahuti suara itu. Ya, suara itu adalah si sweeper.
Kita terus saling menyahut, sebagai tanda kita berada di jangkauan. Kita terus berjalan karena kabut sudah mulai turun. Hingga beberapa waktu kemudian suara itu semakin agak jelas. Dan terdengarlah suara “Tahan”. Kita bertiga sempat menebak - nebak suara apa tadinya. Dan akhirnya kita bertiga memutuskan berhenti dan menunggu si sweeper. Selang beberapa waktu, tibalah si sweeper dengan wajah agak panik dan ngos-ngosan karena berlari. Seketika itu juga dia langsung bercerita kalau dia tidak sengaja ketiduran di pohon itu. Anehnya ketika bangun, dia sudah berada di tempat lain. Maka tak heran dia panik dan berteriak. Selama berteriak kita bertiga selalu mendengar dan menyahutinya. Namun kata si sweeper dia tidak mendengar suara kita sebelum akhirnya kita masuk di hutan lebat itu.
Mendengar itu, gue langsung agak panik dong. Mana udah sore dan berkabut, cuma berempat pula. Semenjak itu kita berjalan berdekatan dengan posisi kak L, mas S, gue, dan terakhir si sweeper. Treknya mulai menurun dan agak bebatuan. Sampailah kita di cisentor. Disini terdapat air yang mengalir dengan jernih. Sekalian isi air untuk cadangan minum. Disini kita tak lama karena sudah menunjukkan jam 17.07 WIB. Segera kita bergegas melanjutkan perjalanan. Trek dari cisentor ini lumayan cukup menguras tenaga karena mulai naik terus. Ditambah kabut jadi cuaca semakin dingin. Tak dihindarkan, akhirnya kita ketemu malam di trek. Dan ini yang membuat gue semakin was-was. Suatu saat gue berjalan paling depan, dibelokan tiba-tiba ada suara hentakan tanah, yang gue lihat saat itu adalah ular. Sontak gue lari kebelakang karena kaget. Teman - teman yang lain pun kaget melihat gue yang tiba - tiba lari. Ketika gue tanya apakah mereka melihat ular itu, mereka bilang tidak melihat ular. Katanya entah itu babi hutan atau monyet.
Okay, gue mundur. Kali ini gue berjalan paling belakang. Semenjak saat itu gue nggak pernah menoleh ke belakang sampai tiba di Rawa Embik. Yaps, kita berempat tiba di Rawa Embik sekitar jam 20.30 WIB. Setelah berganti pakaian, gue duduk di depan api unggun yang telah dinyalakan para porter. Sampai saat itu makan malam belum ready, malah baru dimasak. BTW di pendakian ini peserta berjumlah 12 orang dan guide hanya 2 orang. Agak kaget juga sih awalnya. Untungnya ada porter. Namun itu juga menurutku kurang terkoordinir dengan baik. Harusnya sampai tempat camp makanan sudah siap, sehingga peserta tinggal makan dan istirahat. Tapi kali ini enggak, malah kita disuruh tidur dulu, nanti kalau makanan sudah siap baru dibangunin. Dan betapa kecewanya ketika makanan itu ready, namun menu nya sama dengan menu makan siang tadi. Cuma beda ditambah nasi.
Setelah makan, saatnya istirahat. Bintang sangat terlihat jelas. Namun malam itu gue nggak bisa tidur karena kedinginan. Sleeping Bag yang gue bawa bahkan masih menembus ke dalam. Ditambah kaos kaki basah karena ketumpahan air. Hingga pagi pun tiba. Kita bersiap melanjutkan perjalanan summit dan turun ke jalur Bremi. Perjalanan dimulai jam 05.32 WIB menuju Sabana Lonceng. Trek yang dilalui tidaklah terlalu menanjak ditambah pemandangan kanan kiri tumbuhan edelweiss yang cukup lebat dan tinggi. Tibalah di Sabana Lonceng jam 06.42 WIB. Dari sini akan ada beberapa jalan yang menuju puncak Rengganis dan puncak Argopuro. Ada beberapa peserta yang melanjutkan ke puncak Rengganis. Dan ada yang istirahat disini, termasuk gue, hahaha. Oiya, disini kita mendapat jatah sarapan berupa pasta dan sup buah.
Setelah semua selesai sarapan, dan peserta lain juga sudah turun dari puncak Rengganis, kita melanjutkan ke puncak Argopuro pada jam 08.12 WIB. Dari sini perjalanan untuk sampai puncak utama memakan waktu 20 - 25 menit dengan trek yang cukup terjal. Sampailah kita di puncak utama, yaitu puncak Argopuro dengan ketinggian 3.008 mdpl pada jam 08.31 WIB. Alhamdulillah, kita semua bisa menikmati puncak Argopuro ini dengan rasa bangga dan agak bebas ya. Karena kebetulan hanya rombongan kita saja di puncak.
Tak berlama - lama kita melanjutkan perjalanan menuju puncak Hyang dengan ketinggian 2.745 mdpl. Setelah itu kita bergegas menuju danau taman hidup. Dari puncak Hyang sekitar jam 09.25 WIB. Perjalanan dari sini lumayan menguras tenaga meskipun turun. Yaps, karena turunan menuju danau taman hidup ini lumayan cukup terjal. Ditengah perjalanan akhirnya kita bertemu satu rombongan yang hendak naik ke puncak Argopuro. Wah, mereka kebalikan kita. Ditengah perjalanan, yang tersisa di rombongan akhir hanyalah tersisa 4 orang, termasuk gue. Di tengah perjalanan kita diperlihatkan elang jawa. Ya, meskipun pengen lihat merak. Ternyata perjalanan turun juga lumayan cukup jauh, kita sampai di pos cemoro limo (cemara lima) sekitar jam 11.52 WIB.
Dari pos cemoro limo ini treknya mengitari perbukitan, namun jangan di remehkan, trek nya berasa berulang - ulang. Dan beberapa waktu kemudian kita memasuki kawasan hutan lumut. Dari hutan lumut menuju danau taman hidup ini sudah lumayan dekat. Ets, nggak sedekat itu ya. Karena pada kenyataannya gue hampir pasrah disini. Kok nggak sampe sampe gitu. Yaps, hutan lumut ini cukup lebat, ditambah kabut yang sudah turun karena hari semakin sore. Hingga tibalah di suatu persimpangan yang memberi petunjuk arah ke Danau Taman Hidup dan BC Bremi. Sampai juga di danau taman hidup sekitar jam 14.26 WIB, namun sayang kabut sudah mulai turun. Kesan mistis pun menambah suasana menjadi dingin, eh tapi nggak segitunya juga sih. Bahagia banget melihat danau taman hidup walaupun tertutupi kabut.
Disini gue sempet agak kesel sih, bukan karena kabut, tapi karena ada 2 orang yang sedang memancing di danau tepat di jembatan ikonik Danau Taman Hidup. Ketika gue bilang permisi sebentar bisa nggak bang? Eh, mereka cuma senyum aja. Tas yang mereka bawa juga berserakan. Makin jengkel lah. Ya Sudahlah, akhirnya foto seadanya aja. Nah, sampai sini kita masih berempat ya. Karena yang lainnya sudah turun duluan mungkin.
Setelah usai berfoto, kita langsung melanjutkan perjalanan. Dari info teman - teman kemarin bahwa dari danau taman hidup ini ada ojek, kita agak santai. Eh, ternyata pas kita sampai sini, tak ada satupun ojek. Alhasil kita mesti berjalan kaki. Sedangkan hari sudah beranjak. Dengan berharap bisa menemukan ojek di bawah, gue lari turun duluan, karena ada salah satu temen yang masih lumayan jauh di belakang. Dan untungnya, ditengah perjalanan menuju batas makadam muncullah kang ojek. Betapa bahagianya gue. Langsung gue suruh untuk naik keatas dulu sedangkan gue masih lanjut ke bawah untuk menginfokan kang ojek lainnya.
Tibalah di batas makadam jam 15.41 WIB dan hanya ada satu ojek disana. Sembari menunggu ojek lain, gue naik ojek turun duluan berharap bertemu ojek agar segera bisa menyusul ke atas dulu. Untungnya berjumpa. Mulai tenanglah. Ets, bukannya tenang, malah bikin was-was pas sampai basecamp ternyata teman yang lain sudah berangkat ke stasiun Gubeng terlebih dahulu karena mengejar tiket kereta. Oiya, gue sampai BC sekitar jam 16.11 WIB ya. Tak lama kemudian teman yang lain sampai juga. Syukurlah. Setelah selesai bersih - bersih kita langsung menuju stasiun Pasar Turi. Fyi, kita berlima (3 peserta + 2 cp) berangkat menggunakan mobil sewaan karena elf yang kemarin sudah membawa rombongan yang tiba duluan tadi.
Betapa syok nya kita ber tiga sesampainya di Pasar Turi kita ditagih uang sewa mobil sebesar Rp 275.000 / orang. Hah??? Berasa di todong dong! Harusnya dari awal kita sudah di brief mengenai hal ini, bukan masalah harus nambah segini segitu, tapi ini open trip hlo, harusnya pihak OT pun punya plan ke 2 jika terjadi hal seperti ini. Syukurnya kita nggak sampai ketinggalan kereta. Huh, sampai sini gue cuma tercengang aja. Dan tanpa berkata-kata gue kapok ikut OT ini. Hahaha!
Sepengalaman gue yang sering ikut open trip, ini merupakan open trip terburuk yang pernah gue ikutin. Untuk pihak OT mohon lebih di prepare segala sesuatunya. Bukan hanya mementingkan kesuksesan kalian, tapi juga pikirkan keselamatan peserta, apalagi fasilitas yang ditawarkan. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi dengan menambahkan plan B, plan C nya. Terlepas dari itu, terimakasih sudah mengantarkan gue dan peserta lain ke gunung Argopuro yang penuh dengan mistis ini.
Tonton videonya disini ya sobat XJO…
Comments